Catatan Pembelajar Dari:
Agung Pebe
Kamis, 24 Maret 2016
Seperti biasa pada hari kamis ini
adalah kegiatan sharing komunitas pembelajar. Dan kali ini materi disampaikan
oleh pembelajar kita mas Agung Pebe. Pada kesempatan kali ini mas agung membahas
tentang manusia kontradiktif yang disarikan dari konsep yang dikemukan oleh Arvan
Pradiansyah.
Menurut Arvan
Pradiansyah Manusia kontradiktif adalah orang yang bertolakbelakang antara
keinginannya dengan yang dilakukannya. Dia menginginkan satu hal, tapi
melakukan hal yang menjauhkannya dari keinginannya tersebut. Sederhananya, manusia
kontradiktif itu adalah mereka yang melakukan kebalikan dari apa yang menjadi harapan/keinginannya
dengan kondisi sekarang sehingga semakin menjauhkan dirinya dari pencapaian
tujuan itu.
Contoh:
- Ingin langsing, tapi makannya banyak.
- Ingin hidup sehat, tapi tidak olahraga dengan teratur dst.
Orang yang kontradiktif
menunjukkan ada yang tidak balance
pada dirinya, dia mengalami split
personality. Dalam diri manusia ada
yang namanya Present Self dan Future
Self.
Present self adalah kondisi diri kita pada saat ini (sekarang).
Sedangkan Future self adalah bayangan
tentang diri kita di masa mendatang.
Dalam future self, semua orang pasti menginginkan kebaikan. Tapi sayangnya yang mengambil keputusan
sehari-hari terhadap perbuatan kita adalah present
self. Future self sifatnya
abstrak, sedangkan present self sifatnya sering tidak tahan godaan.
Contoh: dalam future self ingin hidup sehat, tapi
dalam present self tidak olahraga
teratur, tidak mengatur pola makan, dan tidak istirahat dengan cukup.
Orang kontradiktif berbeda dengan
orang kreatif. Orang kreatif adalah orang yang berpikir sesuai dengan tujuan,
tapi dengan cara yang tidak biasa. Misal: menginginkan A, tapi untuk
mendapatkannya menempuh cara yang tidak biasa atau out of the box, yang semakin mendekatkan dia dengan keinginannya
itu. Sedangkan orang kontradiktif, dia menginginkan A, tapi melakukan hal-hal
yang semakin menjauhkannya dari A.
Agar tidak menjadi orang yang
kontradiktif, kita harus mengelola present
self, punya komitmen, melakukan kreasi mental, dan men-decleare keinginan
kita kepada orang lain (ada yang memonitor). Hindari pula melakukan pembenaran,
rasionalisasi atau justifikasi terhadap apa yang kita lakukan (yang
kontradiktif).
Catatan Tambahan:
Dari sudut
pandang NLP (Neuro Linguistic Programming), hal yang demikian di dalam NLP
dikenal dengan istilah Present State dan Desire State.
Present state sederhananya adalah
kondisi seseorang saat ini. Sementara Desire
State adalah kondisi yang diinginkan atau yang menjadi tujuannya.
Present state akan dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti
- Resourches (sumberdaya yang dimiliki)
- knowledge (Pengetahuan)
- Preferences (Pilihan-pilihan)
Sementara itu pada Desire State dibutuhkan tujuan yang jelas dan kuat. Nah terkait hal ini, sebagaimana pembahasan pada minggu sebelumnya tentang bagaimana menguatkan goal. Maka desire state dalam hal ini merupakan bagian dari goal yang ingin dicapai seseorang. Untuk membangun desire state yang kuat pada dasarnya ada dalam WFO (Well formed Outcome). WFO merupakan salah satu pilar yang utama dalam NLP.