“Be flexible” maka BAHAGIA ITU KITA YANG PUTUSKAN
Picture. Training NLP for Personality Plus Angkatan ke-24 |
Pernahkah Kita merasa bahagia
dalam hidup Kita? Tentu pernah, kan? Seburuk apapun kehidupan Kita, Kita pasti pernah
merasakan kebahagiaan. Dan sebahagia apapun kehidupan Kita tentu Kita juga
pernah merasakan kesedihan. Hal yang demikian sangatlah wajar karena itu memang
sunatullah nya manusia. Anda mungkin sudah menyadari bahwa Tuhan selalu
menciptakan segalanya berpasangan. Ada siang dan malam, bahagia dan sedih, kanan
dan kiri, baik dan buruk, wanita dan laki-laki dan masih banyak lagi yang
lainnya.
Berbicara tentang bahagia, saya
jadi teringat tentang sebuah pelatihan yang pernah saya ikuti. Sebuah pelatihan
yang mengobrak-abrik paradigma kuno di
dalam kepala saya. Salah satu yang paling melekat di benak saya adalah tentang
bahagia. Saya masih ingat betul dengan pertanyaan trainer nya saat itu,, “apa
yang membuat anda merasa bahagia??”
Jika pertanyaan ini diajukan pada
anak-anak muda mungkin sebagian mereka akan menjawab
“ketika nembak cewek dan cintanya
diterima”
“ketika saya punya pacar”
“ketika memperoleh juara kelas”
“ketika diterima di perguruan
tinggi negeri”
“ketika berkumpul dengan
keluarga”
“tinggal di rumah mewah dengan
keluarga kaya”
“kalau begini, kalau begitu Dan
lain sebagainya.”
Lalu muncul pertanyaan
berikutnya, bagaimana jika terjadi sebaliknya?
“ketika kamu nembak cewek dan
ternyata ditolak”
“ketika kamu masih jomblo
sementara yang lainnya punya pasangan”
“kamu kehilangan peringkat juara
kelas”
“tidak dapat berkumpul dengan
keluarga karena sudah mulai sibuk”
“keluarga jatuh miskin dan
tinggal digubuk sederhana”
Adakah di antara anda yang
mengalami hal serupa? Mungkin ketika anda sedang bahagianya memiliki pacar,
lalu tidak lama kemudian tiba-tiba anda diputuskan padahal anda “merasa sangat
sayang” dengannya. Kemudian ditambah lagi dengan anda mengetahui kenyataan
bahwa ia memiliki selingkuhan yang ternyata jauh lebih cantik/gagah dan lebih
segalanya dari anda? Sangat dramatis!!!!!
Sebagian orang mungkin merasa
sangat terpukul, trauma, frustasi, depresi bahkan ada yang sampai bunuh diri.
Mungkin juga ada di antara Anda
yang mungkin merasa biasa-biasa saja. Tapi tetap memendam luka batinnya. Atau
mungkin juga ada di antara anda yang berpikir untuk menemukan hikmahnya.
Membingkai kembali peristiwanya menjadi jauh lebih bermakna positif dan
berfokus pada solusi. Alih-alih patah hati, anda memilih mengatakan “NEXT”
Jika Anda golongan yang terakhir,
saya akan katakan “EXCELLENT”. Tapi kabar buruknya adalah tidak banyak yang
bisa berpikir demikian. Kenapa???
Guru saya mengatakan bahwa
ternyata kebanyakan kita terlalu banyak menetapkan syarat untuk kebahagiaan
kita. Sehingga kita menggantungkan kebahagiaan kita pada apa yang kita
syaratkan harus terjadi. Maka apabila yang terjadi ternyata tidak memenuhi
syarat maka kita merasa seolah-olah kita tidak punya pilihan selain merasa
kecewa, sedih , merana dan lain sebagainya.
Kita membuat rumit kebahagiaan
kita sendiri, menyalahkan keadaaan. Anda seolah-olah merasa menjadi korban
keadaan. Pada akhirnya anda tidak menemukan esensi dari kebahagiaan
Come on!! Waktu tidak akan berhenti sembari anda meratapi nasib. Waktu terus berputar. Saya tidak bermaksud melarang anda untuk meratap. Hanya untuk tidak terlalu larut saja dalam ratapan yang sia-sia. Merataplah sebentar kemudian bangkit lagi dengan semangat baru.
Hal ini lah yang menjadi slah satu output dari pelatihan yang saya
ikuti tersebut yang juga merupakan salah satu pilar penting dalam NLP, yang
disebut dengan flexibility behaviour.
Menjadi fleksibel dalam memaknai hidup dan kehidupan.
Sebagaimana salah satu quote guru saya “Hiduplah flesibel, seperti PESILAT. Tahu waktunya MENYERANG, dan kapan harus MENGELAK. Karena hidup bukan hanya soal BERANI. Tapi juga STRATEGI.” (Arlin Teguh Ardani).
Kalau sudah demikian, maka bahagia menjadi jauh lebih sederhana. Bahagia adalah tentang kefleksibelan KITA dalam memilih preferensi/pilihan yang tepat untuk merasakan kebahagiaan. BAHAGIA itu SEDERHANA. Saya BAHAGIA ketika saya memutuskan saya BAHAGIA.
“JADILAH FLEKSIBEL, MAKA BAHAGIA
KITA YANG PUTUSKAN” dan saya memutuskan untuk bahagia mulai sekarang.
Ingatlah!!!! Tuhan tidak
memberikan apa yang kita inginkan, tapi apa yang kita butuhkan. Mungkin apa
yang Anda dapatkan sekarang tidak sesuai dengan yang anda inginkan. Tetapi mungkin
itulah yang anda butuhkan. Menemukan hikmah dari setiap peristiwa, jauh lebih
dibutuhkan untuk peningkatan kualitas diri.
0 komentar:
Posting Komentar